Saturday 24 October 2015

Bukan Hanya Gripen, Swedia Tawarkan Paket Pertahanan Udara Penuh ke Indonesia

DM - Swedia secara resmi menawarkan paket kekuatan udara untuk Indonesia, biaya siklus hidup yang lebih rendah ditambah dengan solusi pembiayaan yang menarik dan komitmen untuk memenuhi kewajibannya mentransfer teknologi.

Tawaran itu diumumkan oleh Duta Besar Swedia untuk Jakarta Johanna Brismar Skoog di pada Kamis 22 Oktober 2015 lalu.

Indonesia sedang mencari pesawat untuk menggantikan jet tempur F-5 E / F Tiger II dan tawaran Swedia diklaim sebagai yang paling komprehensif.

Swedia tidak hanya menawarkan jet tempur mesin tunggal Saab Gripen. Tetapi satu set sistem pertahanan udara lengkap.

Penawaran ini juga mencakup pesawat peringatan dini dan kontrol (AEW & C) untuk pengawasan dan pengendalian maritime, Komando dan Pengendalian berbasis darat; data link untuk berbagi data di antara berbagai platform; kerjasama industri, termasuk transfer teknologi dan produksi lokal dan penciptaan lapangan kerja yang luas, mencapai ribuan pekerjaan.

“Kami memiliki rekam jejak yang terbukti pada transfer teknologi dan kerjasama industri,” kata Skoog dia mencontohkan hal ini telah sukses dilakukan di Brazil, Republik Ceko, Hungaria, Afrika Selatan dan Thailand.

“Kami memiliki kapasitas dan kemampuan terbaik dalam pertahanan udara yang memungkinkan Anda untuk mengontrol wilayah Anda.”

Dia menambahkan bahwa paket kekuatan udara yang ditawarkan oleh Swedia tidak hanya terbatas pada keperluan militer tetapi juga sipil, seperti pemantauan illegal fishing, penyelundupan dan pembajakan.

Sementara itu, kepala Saab Indonesia Peter Carlqvist mengatakan Saab telah menawarkan solusi pertahanan udara paling hemat biaya.

Mengutip sebuah studi oleh Jane, katanya Gripen memiliki biaya jam penerbangan termurah bila dibandingkan dengan para pesaingnya yakni US$ 4.700 per jam. Sebagai perbandingan F-16 Fighting Falcon biaya perjam mencapai US$7.700. Biaya lebih tinggi pada pesawat mesin ganda. Dassault Rafale Prancis misalnya biaya per jamnya US$ 16.500 dan Eurofighter Typhoon US$ 18.000.

Sementara menurut Carlqvist Sukhoi Su-27/30 Flanker yang disebut-sebut sebagai pilihan utama di Indonesia merupakan pesawat termahal yakni US$ 40.000 dan US$50.000 biaya per jamnya.

Dengan jumlah uang yang sama, kata dia, Indonesia mampu untuk mengoperasikan empat kali lebih banyak Gripen dibandingkan Sukhoi. “Atau uang dapat disalurkan di tempat lain, seperti universitas atau rumah sakit,” katanya.

Dia menambahkan bahwa pertimbangan yang paling penting adalah biaya siklus hidup total, dengan biaya perolehan kontribusi hanya sekitar 20 persen.

Kerjasama industri, Carlqvist mengatakan akan mencakup produksi lokal dan alih teknologi kepada perusahaan lokal. “Kami berkomitmen untuk memenuhi kewajiban 35 persen offset langsung dan 50 persen offset tidak langsung,” katanya sebagaimana dikutip Jakarta Post.

Saab, misalnya, akan mentransfer pengetahuan tentang merancang dan membuat data link taktis lengkap dengan kriptografi sehingga Indonesia bisa memiliki sistem sendiri yanag menjamin tingkat keamanan tinggi.

Comments
0 Comments

0 komentar

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan sopan dan santun. Terima kasih atas kunjungannya. Semoga bermanfaat!